Seorang pedagang tampak terpaksa memindahkan mejanya untuk mencari lokasi berjualan |
Prabumulih, Laparta News - Puluhan pedagang yang berjualan di pasar bedug merasa kecewa. Pasalnya, lokasi tempat mereka berdagang di halaman kantor eks Pemkot Prabumulih secara mendadak ditutup. Penutupan ini dilakukan lantaran izin operasi pasar bedug yang digelar selama satu minggu telah selesai.
Akibatnya para pedagang musiman ini pun harus gigit jari lantaran bingung untuk mencari lokasi berjualan. Padahal, para pedagang mengaku sebelumnya Pemkot Prabumulih melalui Dinas Perindustrian dan Perdagangan berjanji akan memperpanjang izin operasi pasar bedug.
Nunung, koordinator pedagang pasar bedug mengaku seluruh pedagang sudah menyatakan kesepakatan untuk mengajukan permohonan izin perpanjangan operasi pasar bedug. Namun permintaan mereka tidak digubris oleh Penjabat Walikota Prabumulih H Richard Cahyadi tanpa alasan yang jelas.
"Kami tidak meminta banyak, kami hanya ingin Pemkot Prabumulih memfasilitasi tenda untuk kami berjualan. Sudah belasan tahun kami berdagang tapi baru kali ini pasar bedug hanya digelar satu minggu. Sebelumnya pemkot mengaku operasi pasar bedug bisa diperpanjang, tapi ternyata setelah kami minta diperpanjang tidak di acc oleh pemerintah," ujar Nunung saat dibincangi wartawan, Kamis (24/05)
Lebih lanjut Nunung mengatakan, sebanyak kurang lebih 85 pedagang mengadu nasib untuk mencari nafkah di Bulan Ramadhan ini. Bahkan untuk berjualan sejumlah pedagang rela berhutang sebagai modal usaha. Jangankan untuk memperoleh untung, mengumpulkan modal usaha saja para pedagang mengaku belum terpenuhi.
"Kami sangat kecewa dengan kepemimpinan Penjabat Richard Cahyadi. Dimana letak hati nuraninya kepada kami masyarakat kecil ini. Hanya dengan berjualan makanan sekali setahun selama puasa inilah kami berharap bisa dapat rezeki untuk keluarga. Sekarang kami harus terlunta-lunta mencari lokasi baru untuk berjualan," keluhnya seraya meminta penutupan pasar bedug kembali dikaji ulang.
Hal senada juga diungkapkan oleh Nuraini, wanita yang berjualan gorengan ini mengaku lokasi pasar bedug dinilai cukup strategis. Mengingat berada dekat dengan perkantoran dan pasar. Sehingga banyak pembeli dari kalangan pegawai yang sengaja mampir ke pasar bedug untuk berbelanja kebutuhan buka puasa.
"Padahal baru nak rame-ramenyo bejualan malah ditutup. Kemano lagi kami nak bejualan. Harusnyo pemerintah itu mikiri rakyatnyo, jangan malah menindas. Kami jugo nak nyari makan," tuturnya seraya mengaku akan mengadukan hal tersebut ke DPRD Kota Prabumulih.
Terpisah, Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Junaidi SIP saat dikonfirmasi terkait penutupan pasar bedug tersebut mengaku jika pihaknya sudah dari awal mengaku kepada pedagang jika pengoperasian pasar bedug hanya berlaku selama satu minggu. Hal tersebut lantaran keterbatasan anggaran.
"Biaya untuk sewa tenda terbatas. Jadi kami tidak bisa memaksakan harus diperpanjang. Kalau pedagang mau berjualan di lokasi yang sama tidak dilarang, tapi untuk fasilitas tidak bisa kami penuhi. Karena ini sudah kebijakan pimpinan," ungkapnya singkat.
Sementara itu berdasarkan pantauan di lapangan, lokasi pasar bedug yang semula dipasang tenda saat ini telah dibongkar. Sejumlah meja dan lapak pedagang tampak berserakan.
Satu persatu pedagang pun mulai memindahkan meja sebagai tempat mereka berjualan. Bahkan beberapa pedagang yang telah terlanjur membawa dagangan dari rumah terpaksa harus menggelar dagangannya di bawah terik matahari di pinggir trotoar jalan.(LN 01)
0 Komentar