Salah satu karya penulis Andrea Hirata novel Laskar Pelangi yang diterjemahkan dalam berbagai bahasa asing terpajang dalam musem |
Belitung Timur, Laparta News - Provinsi Kepulauan Bangka Belitung terkenal akan objek wisata baharinya. Hamparan laut yang dihiasi pulau-pulau indah di dalamnya seakan tak pernah habis untuk dinikmati. Budaya dan kearifan lokal juga masih terasa sangat kental di negeri yang dikenal dengan semboyan Sepintu Sedulang yang maknanya adalah persatuan dan kesatuan gotong royong.
Namun, tak lengkap rasanya berkunjung ke daerah ini jika belum menginjakkan kaki ke Museum Kata Andrea Hirata. Berjarak sekitar kurang lebih 100 Kilometer dari pusat kota, tepatnya di Desa Gantung, Kecamatan Gantung, museum ini menjadi salah satu destinasi wajib bagi para wisatawan.
Ya, museum yang diresmikan pada 2010 lalu oleh Menteri Pariwisata Arif Yahya ini sangat erat kaitannya dengan film layar lebar Laskar Pelangi yang diangkat dari novel karya penulis handal Andrea Hirata. Melalui karya tulis putra daerah Belitung pulalah, Provinsi Bangka Belitung lebih dikenal sebagai Negeri Laskar Pelangi.
Berada tidak jauh dari replika SD Muhammadiyah Gantong yang dijadikan sebagai lokasi syuting di film Laskar Pelangi, museum ini menyimpan banyak koleksi karya-karya sastra Andrea Hirata maupun penulis dari berbagai negara. Dengan harga tiket masuk Rp50 ribu per kepala, pengunjung dapat menikmati setiap sudut museum yang menjadi kebanggaan masyarakat Belitung ini.
"Kita buka setiap hari, mulai dari pukul 10.00 sampai 17.00 WIB. Biasanya pengunjung akan lebih ramai saat hari libur, mulai dari dalam bahkan sampai luar negeri," ujar Edi, petugas penjaga tiket masuk saat dibincangi, Kamis (14/03).
Sepintas mata, bangunan museum ini layaknya seperti rumah tua peninggalan zaman belanda. Ornamen bangunan lama masih terlihat jelas di setiap sudut museum ini. Ditambah sedikit sentuhan warna-warni cat yang menghiasi tembok luar bangunan seakan menggambarkan suasana keceriaan dari pemeran anak-anak film Laskar Pelangi.
Kesan klasik sangat terasa dari sejumlah barang antik dan peralatan rumah tangga yang terpajang rapi di dalamnya. Hanya saja, museum yang merupakan museum sastra pertama di Indonesia ini lebih menonjolkan karya sastra sang penulis. Meskipun demikian kearifan lokal juga tetap menjadi point utama yang disajikan oleh sang pemiliknya.
Salah satunya adalah, sebuah ruangan yang di dalamnya terdapat dapur masak atau tungku tradisional yang masih dipertahankan keasliannya. Ruangan dapur yang disulap menjadi Warung Kopi Kuli ini sengaja dibentuk untuk memanjakan pengunjung sembari menikmati secangkir kopi khas Belitung. Selain itu pengunjung juga dapat mengenal atau bahkan membeli pernak-pernik dan sovenir khas Kepulauan Bangka berupa batu satam.
Di sudut ruangan lainnya, tepatnya di ruang tengah, pengunjung juga dapat menjumpai ratusan karya sastra ciptaan Andrea Hirata. Melalui kisah-kisah kehidupan yang dituangkan dalam karya tulisnya inilah membuat banyak orang jadi terinspirasi.
Satu kalimat yang menjadi inspirasi karya Andrea Hirata adalah "Bermimpilah Karena Tuhan Akan Memeluk Mimpi-mimpimu". Kalimat ini merupakan gambaran semangat juang yang tinggi dari sejumlah anak-anak Laskar Pelangi dalam meraih mimpi-mimpinya.
Bahkan sejumlah novel karya penulis ini pun juga diterjemahkan dalam berbagai bahasa dari beberapa negara. Salah satunya novel Laskar Pelangi yang diterjemahkan dalam 18 bahasa negara.
"Banyak hal yang bisa kita pelajari dari kisah-kisah yang dituangkan dalam karya tulis Andrea Hirata ini. Salah satunya adalah tentang kehidupan anak-anak Laskar Pelangi yang menceritakan sisi lain dari dunia pendidikan di daerah terpencil. Dengan segala keterbatasan yang harus mereka hadapi, namun anak-anak Laskar Pelangi ini tetap semangat dalam meraih mimpi-mimpinya," ujar Dede Sundra saat berkunjung ke Museum Kata Andrea Hirata, Kamis (15/03).
Selain itu, untuk merasakan lebih sensasi perjuangan anak-anak Laskar Pelangi, wisatawan juga dapat berkunjung ke replika sekolahan yang dijadikan sebagai lokasi syuting dalam film Laskar Pelangi. (LN 01)
0 Komentar