Subscribe Us

Petani Desa Karya Mulya Ramai-ramai Hijrah ke Organik

Wakil Walikota Prabumulih H Andriansyah Fikri didampingi Ketua PKK Prabumulih Ir Suryanti Ngesti Rahayu dan Limau Field Manager M Nur saat menghadiri peresmian Kawasan Pertaganik di Desa Karya Mulya

Prabumulih, LapartaNews - Karya Mulya merupakan salah satu desa yang terletak di Kecamatan Rambang Kapak Tengah (RKT), Kota Prabumulih, Provinsi Sumatera Selatan. Sepintas terlihat desa ini tidak jauh berbeda dengan desa-desa lain pada umumnya.

Desa yang merupakan peninggalan dari program Transmigrasi Plasma Perkebunan Inti Rakyat (PIR) Kebun Kelapa Sawit PT P Nusantara VII ini memiliki keberagaman suku, budaya dan agama. Meskipun sebelumnya dikenal sebagai daerah penghasil kelapa sawit terbesar di Kota Prabumulih, namun secara perlahan masyarakatnya sudah mulai meninggalkan usaha pertanian kelapa sawit dan beralih menjadi petani karet.

Untuk menunjang perekonomian masyarakatnya, warga sekitar juga melakukan usaha bercocok tanam dan berternak unggas, kambing dan sapi.

Tidak hanya itu, desa ini juga dikenal sebagai salah satu desa penghasil sayuran, tempe, jamu gendong, tanaman obat, serta olahan makanan yang bersumber dari hasil pertanian yang dibudidayakan oleh warga setempat.

Hanya saja, usaha pertanian yang dikembangkan oleh warga sekitar tentunya tidak akan mampu berjalan sempurna tanpa adanya perhatian dan bantuan yang diberikan oleh Pemerintah Kota Prabumulih maupun pihak swasta.
Kebun Pertaganik yang dikelola oleh Kelompok Wanita Tani (KWT) Bina Bersama

Adalah Kawasan Pendampingan Pertanian dan Toga Organik (Pertaganik) yang dikelola oleh Kelompok Wanita Tani (KWT) di bawah binaan PT Pertamina EP Asset 2 Limau Field yang saat ini tengah ditekuni oleh sekelompok masyarakat desa setempat.

Melalui program ini, tujuh KWT yang dibentuk di Desa Karya Mulya, diantaranya Karya Lestari, Karya Maju, Karya Bersatu, Tempuyung, Turi Putih, Sari Tani dan Bina Bersama telah mengembangkan inovasi pertanian sehat ramah lingkungan berkelanjutan dengan media pemanfaatan pekarangan rumah.

Berbagai jenis tanaman sayuran organik (Sorga) seperti kangkung, bayam, selada, sawi hijau, kubis, cabai, terong, timun, bawang dan jenis sayuran lainnya tampak tumbuh subur di sejumlah pekarangan rumah warga yang dijadikan sebagai lahan Pertaganik. Selain sayuran, sejumlah tanaman obat keluarga (Toga) yang selama ini dianggap sebagai gulma juga dibudidayakan oleh kelompok tani ini untuk diolah menjadi jamu dan obat-obatan herbal.

Sayuran dan tanaman organik yang dihasilkan dari kebun ini bisa memenuhi kebutuhan untuk keluarga. Karena warga desa ini tidak perlu lagi membeli di pasar, melainkan tinggal memetik dari perkarangan rumah sendiri.
KWT Bina Bersama memanen sayuran organik yang ditanam secara berkelompok untuk memenuhi kebutuhan keluarga 

Selain dapat dinikmati sendiri sebagian hasil panen kebun Pertaganik juga dipasarkan sebagai tambahan penghasilan keluarga. Apalagi sayuran yang dihasilkan lebih terjamin kesegarannya karena pupuk yang digunakan adalah pupuk organik yang tentunya tidak berbahaya bagi kesehatan.

Namun, untuk memulai sesuatu, butuh perjuangan dan tekad yang kuat agar mendapatkan hasil yang maksimal. Inilah yang dirasakan oleh sejumlah KWT di Desa Karya Mulya saat mengawali program tersebut secara mandiri.

Salah satunya adalah KWT Bina Bersama yang berada di Dusun II, Desa Karya Mulya ini misalnya. Kelompok yang diketuai oleh Eis Kartika ini awalnya hanya coba-coba untuk bercocok tanam sejumlah sayuran organik di pekarangan rumah miliknya.

Niatan itu muncul setelah ia dan beberapa warga desa mendapatkan arahan dari tim pendamping dari PT Pertamina EP Asset 2 Field Limau sejak Mei 2019 lalu.
Anggota KWT mendapatkan pengarahan pendamping dari PT Pertamina EP Asset 2 Field Limau terkait pengembangan kawasan Pertaganik yang baik dan benar

Dengan semangat dan kerja keras serta ilmu yang didapat dari seminar yang disampaikan oleh pendamping, sejumlah tanaman sayur yang ia tanam pun tumbuh dengan subur. Meskipun dengan skala kecil dan bermodalkan ilmu bercocok tanam seadanya, manfaat yang ia dapat dari menanam sayuran di perkarangan rumah sangat dirasakan.

"Alhamdulillah setelah hasilnya mulai terlihat makanya banyak warga dan tetangga yang tertarik untuk ikut bergabung. Bahkan saat ini jumlah anggota kelompok kami sudah mencapai 24 orang setelah dibina dan dibentuk oleh PT Pertamina," ujar Eis saat dibincangi LapartaNews.com di sela-sela acara peresmian Kawasan Pertanian dan Toga Organik (Pertaganik) oleh Limau Filed Manager M Nur pada Selasa (01/10/2019).
Rosella salah satu jenis tanaman obat yang dibudidayakan oleh KWT untuk diolah menjadi sirup yang berkhasiat untuk kesehatan tubuh

Tidak berhenti dari bercocok tanam sayuran organik, Eis dan kelompoknya juga mulai mengembangkan tanaman obat keluarga. Bahkan tanaman obat ini pun juga menjadi sumber tambahan penghasilan mereka setelah diolah menjadi jamu dan jenis minuman lainnya untuk kesehatan tubuh. Diantaranya, minuman rosela, teh mint, kopi stamina dan seje manis (Serai Jeruk Kayu Manis) yang keseluruhan bahannya dipanen dari perkarangan sendiri.

"Awalnya kami tidak mengetahui jika jenis rerumputan yang selama ini kita anggap sebagai rumput liar ternyata memiliki khasiat untuk kesehatan. Misalnya saja tanaman putri malu, tempuyung, stevia, urang aring, ketupang air, sidoguri, bandotan, senggani, pecut kuda, rumput teki dan tanaman obat lainnya. Setelah kami tahu tanaman itu ada manfaatnya maka kami sengaja menaman dan merawat tanaman itu sebagai alternatif pengganti obat untuk kesehatan. Itu semua kami ketahui dari pelatihan yang disampaikan oleh pendamping kelompok," jelasnya.
KWT Bina Bersama mengolah lahan untuk ditanami kembali usai memanen sejumlah sayuran organik

Melalui program Corporate Social Responsibility (CSR) yang disalurkan oleh PT Pertamina EP Asset 2 Limau Field ini, pihaknya berharap seluruh binaan KWT akan terbantu dalam mengembangkan program Pertaganik lebih luas lagi. Sehingga, masyarakat Desa Karya Mulya bisa lebih mandiri dalam menambah penghasilan dan peningkatan ekonomi yang tidak hanya bergantung pada hasil pertanian kelapa sawit dan karet semata.

"Atas dasar itulah bertani organik menjadi pilihan banyak masyarakat di desa ini. Apalagi sebagian besar warga di sini adalah petani. Tentunya kami akan lebih bangga lagi sebagai petani jika hasil pertanian dari kebun kami ini bisa dipasarkan secara luas untuk memenuhi kebutuhan pasar," harapnya.

Sementara itu, Nur Kholik yang ditunjuk oleh PT Pertamina EP Asset 2 Limau Filed sebagai pendamping KWT Desa Karya Mulya mengaku program Pertaganik yang sehat ramah lingkungan berkelanjutan memiliki banyak manfaat dibandingkan pertanian konvensional pada umumnya.

Pada dasarnya kedua sistem pertanian ini menggunakan teknik yang sama. Hanya saja yang menjadi perbedaan adalah penggunaan bahan untuk membantu proses pertumbuahan dan hasil tanaman.

Dalam sistem organik sendiri bahan yang digunakan relatif aman karena berbahan dasar dari alam. Sedangkan sistem konvensional lebih cenderung menggunakan bahan-bahan yang mengandung zat kimia untuk mempercepat proses panen tanaman. Akan tetapi sistem ini kurang baik untuk kesehatan tubuh dan lingkungan.

"Bahkan bercocok tanam sayuran organik dan tanaman obat ini juga dapat dilakukan oleh masyarakat perkotaan di pekarangan rumah. Semua ini bisa dilakukan asal dikerjakan dengan tekun dan benar agar hasil yang diperoleh pun juga lebih maksimal," jelasnya.

Nur Kholik mengaku, banyak warga Desa Karya Mulya yang awalnya pesimis akan hasil yang didapat dari bercocok tanam Pertaganik ini. Namun, dengan semangat dan pencerahan ilmu yang telah ia sampaikan ternyata warga mulai menyadari manfaat dan keuntungan yang diperoleh dari program tersebut.
Pupuk cair MOL yang diproduksi sendiri oleh KWT untuk digunakan sebagai pengganti pupuk kimia pada tanaman

Selain memberikan arahan atau ilmu tentang Pertaganik, pihaknya juga membekali para kelompok tani tentang ilmu pengolahan pupuk organik, berupa pupuk kompos dan Mikro Organisme Lokal (MOL) sebagai media untuk pengganti pupuk kimia.

Bahan yang digunakan untuk pengolahan pupuk organik dan MOL ini pun juga sangat mudah di dapatkan, yakni dari sisa hasil produksi pertanian. Semuanya dapat diolah menjadi pakan, kompos dan pupuk dengan sedikit sentuhan teknologi, salah satunya adalah dengan MOL itu sendiri.

Limbah yang dapat digunakan untuk proses pembuatan MOL diataranya adalah limbah rumah tangga berupa nasi sisa, limbah buah, limbah sayur dan limbah rumah tangga lainnya. Sedangkan limbah dari sisa hasil pertanian diantaranya bonggol pisang, rebung bambu, kulit buah-buahan serta limbah organik dari keong dan limbah udang.
Wakil Walikota Prabumulih dan Ketua PKK Prabumulih beserta unsur perangkat daerah saat membeli sejumlah sayuran dan hasil kebun lainnya yang diolah oleh KWT di Desa Karya Mulya

Bahkan, melalui pembinaan pengolahan pupuk ini seluruh kelompok sudah mampu memproduksinya secara masal. Selain untuk kebutuhan sendiri, pupuk yang diproduksi juga telah dijual di pasaran sebagai kebutuhan petani.

"Pupuk buatan kelompok tani ini pun juga banyak diminati petani lainnya, khususnya petani karet. Dari pengolahan pupuk ini saja mereka sudah bisa mendapatkan penghasilan tambahan. Jadi tidak hanya menikmati hasil pertanian saja namun kelompok tani ini juga dapat menikmati hasil dari pengolahan pupuk yang mereka produksi sendiri," pungkasnya seraya berharap program tersebut diharapkan bisa terus berkembang dan menjadi percontohan bagi desa-desa lainnya di Kota Prabumulih khususnya. (Ichal)



Posting Komentar

0 Komentar