|
Sejumlah pemulung dan pengemis yang terjaring razia penertiban gelandangan dan lengemis diangkut petugas untuk didata dan diberi peringatan agar tidak lagi berkeliaran dan meminta-minta di sepanjang jalan Kota Prabumulih |
Prabumulih, LapartaNews - Sebanyak kurang lebih 25 orang pemulung dan pengemis terjaring razia penertiban gelandangan dan pengemis (gepeng) oleh petugas Satpol PP Kota Prabumulih. Penertiban ini dilakukan Pemerintah Kota Prabumulih mengingat keberadaan pemulung atau yang sering disebut sebagai manusia karung ini mulai meresahkan.
Mereka sengaja berkumpul di sepanjang Jalan Jendral Sudirman untuk mengharapkan belas kasihan dari sejumlah pengguna jalan. Namun sayangnya hal ini dilakukan disaat Pemkot Prabumulih tengah gencar-gencarnya melakukan pencegahan penyebaran wabah virus corona atau covid-19 yang tengah melanda Kota Prabumulih.
Giat penertiban ini dipimpin langsung oleh Sekretaris Daerah (Sekda) Kota Prabumulih, Elman ST dengan melibatkan puluhan personel Satpol PP dibantu anggota Polres Prabumulih. Mereka yang terjaring razia penertiban ini kemudian didata dan diberi pengarahan langsung oleh Sekda untuk tidak lagi berkeliaran dan meminta-minta di pinggir jalan.
Tidak hanya itu, petugas juga turut menjaring sejumlah warga berpakaian badut yang kerap meminta-minta di pinggir jalan.
Dalam kesempatan itu Elman menjelaskan, penertiban ini dilakukan berdasarkan instriksi langsung Walikota Prabumulih, Ir H Ridho Yahya MM. Sebab keberadaan pengemis dengan modus sebagai pemulung itu jumlah terus bertambah.
Momen Bulan Ramadhan pun dijadikan kesempatan bagi mereka untuk meminta-minta di pinggir jalan. Tentunya menurut Elman kondisi tersebut sangat tidak bisa dibiarkan, sehingga pihaknya pun terpaksa harus melakukan penertiban agar leberadaan manusia karung di Kota Prabumulih tidak mengganggu kenyamanan warga.
"Apalagi mereka sampai bawa anak-anak kecil untuk meminta-minta. Padahal Pemkot Prabumulih telah menyalurkan bantuan kepada warga atas dampak covi-19, khususnya bagi mereka yang kurang mampu. Tapi mereka masih saja berkeliaran di jalan untuk meminta-minta," ujar Elman, Minggu (10/05/2020).
Elman mengaku, mereka yang terjaring razia sebagian besar berasal dari Prabumulih dan beberapa diantaranya merupakan pendatang. Pihaknya akan mendata dan memulangkan bagi mereka yang bukan warga Prabumulih ke daerah asalnya.
"Jika memang warga Prabumulih dan belum mendapatkan bantuan maka akan kita data untuk mendapatkan bantuan covid-19. Ada beberapa yang mengaku dari luar Prabumulih tapi sudah hampir satu tahun tinggal di Prabumulih dan belum mengurus data kependudukannya," jelasnya.
Menurut Elman, disaat Pemkot Prabumulih tengah gencar-gencarnya memutus mata rantai penyebaran wabah virus corona, hendaknya mereka tidak melakukan aktifitas berkumpul-kumpul di luar rumah. Namun pada kenyataannya mereka masih saja keluyuran tanpa mengindahkan protokol kesehatan pencegahan covid-19.
"Setelah didata maka kita akan perintahkan masing-masing lurahnya untuk mendata ulang apakah mereka yang terjaring razia ini sudah mendapatkan bantuan atau belum. Kita kasihan mereka keluar dengan membawa anak-anak dan berkumpul di sepanjang jalan. Jangan sampai orang yang melintas di kota ini kemudian menjuluki Prabumulih sebagai kota pengemis karena keberadaan mereka," tegasnya.
Sementara itu, Meri (38) satu diantara pemulung yang terjaring penertiban itu mengaku terpaksa harus meminta-minta di pinggir jalan lantaran terdesak kebutuhan ekonomi. Suaminya yang sedang mengalami sakit tidak bisa menafkahi kebutuhan keluarga.
"Tepakso pak, soalnyo laki aku sakit. Sedangkan anak-anak kami butuh makan. Setelah mulung dari pagi kami langsung mangkal di Jalan Sudirman. Kareno banyak yang galak bagi bantuan untuk uong cak kami ini," katanya seraya menahan sedih.
Hal senada juga diungkapkan oleh Siti (63), meski telah mendapatkan bantuan covid-19 berupa dua karung beras ukuran 20 kilogram dan dua dus mie instan dari Pemkot Prabumulih, namun ia merasa bantuan itu tidak cukuo untuk memenuhi kebutuhan keluarganya.
"Kami butuh uang tambahan untuk beli gulo, kopi, minyak dan kebutuhan lainnyo. Dak cukup beras samo mie bae. Apolagi nak lebaran kebutuhan makin banyak. Jadi aku tepakso ngelakuke ini dan ngajak anak samo cucung aku mangkal di pinggir jalan," tutur wanita yang kesehariannya itu bekerja sebagai pemulung. (LN 01)
0 Komentar